Tuesday, June 7, 2016

I Gede Putra Ariawan: Ngurug Pasih


















Liputan: Archana Universa
Photo I Gede Putra Ariawan ©2016-an1mage@an1mage.org

Kebanyakan An1mareaders pasti bakal kebingungan waktu baca kata “ngurug pasih” karena kata tersebut memang dari bahasa daerah, tepatnya Bali yang memiliki arti menimbun laut.

Yap! Menimbun laut! Temanya mengenai reklamasi Teluk Benoa yang saat ini masih menjadi perdebatan di Bali.

Ngurug Pasih merupakan buku yang memuat 15 cerpen Berbahasa Bali: Ajeg Bali, Kekupu, Museum, Engkebang Bulan, Kado, Kode Alam, Ngurug Pasih, Padine Mentik di Tanah Wayah, Pekak Kaung, Sanggah, Car Free Night, Taluh Semuk, Kaliwat Tresna, JKBM, dan Langsung Sing Langsung.

Kelimabelas cerpen ini sebagian besar bertema sosial yang menekankan pada satire atas gejala-gejala sosial Masyarakat Bali.

Penulisnya adalah I Gede Putra Ariawan, beliau sehari-hari menjadi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA, lahir di Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali.

Awalnya Pak Ari sempat ragu-ragu buat nulis cerpen dalam Bahasa Bali lho An1mareaders!
Alasannya karena background saat S1 dan S2 adalah Bahasa Indonesia. Tapi siapa sangka, buku Berbahasa Balinya yang pertama langsung menyabet juara dan mendapat penghargaan Sastera Rancage 2015 dari Yayasan Kebudayaan Rancage di Bandung.

Penulisan Ngurug Pasih dilatar belakangi rasa cemas yang dirasakan Ari yang melihat aksi teman-temannya turun ke jalan, membuat baliho, untuk menolak reklamasi Teluk Benoa.

Di satu sisi Ari tidak suka hanya berdiam diri, Ari ingin ikut berjuang bersama teman-temannya namun ia merasa powerless karena tidak menjabat seperti kalangan kelas atas. Oleh karenanya ia menuangkan kecemasan yang dirasakannya lewat sastra khususnya cerpen.

Meski begitu kisahnya tidak sepenuhnya mengungkapkan reklamasi, tapi juga dihubungkan dengan penjualan tanah habis-habisan di Bali. Orang Bali menjual tanahnya ke orang asing untuk dibuat villa, kemudian menjadi pekerja di villa tersebut.

Melalui tulisannya Ari berharap agar masyarakat Bali tidak menjual tanahnya ke investor asing dan mempertahankan lahan pertaniannya karena pada dasarnya turis datang untuk melihat Keaslian Bali. Jadi masyarakat Bali tidak perlu mengubah keadaan alamnya.

(ARC)

Profil tokoh ini ada di An1magine 
Volume 1 Nomor 1 Maret 2016



No comments:

Post a Comment